Halo astronaut, pasti banyak dari kalian semua yang saat ini sudah aktif berbelanja lewat ecommerce. Berbelanja lewat ecommerce memang telah menjadi salah satu gaya hidup baru di masa pandemi seperti sekarang. Bahkan pemerintah pun juga lebih merekomendasikan kita untuk sebisa mungkin belanja dari rumah saja melalui ecommerce. Hasilnya banyak perusahaan atau unit bisnis yang kemudian juga membuat aplikasi ecommerce untuk keperluan bisnis mereka sendiri. Namun, sadarkah kalian jika hal-hal yang kita pikirkan atau lakukan dalam membangun ecommerce itu cukup mirip dengan saat kita akan membuat toko offline.
Baik ecommerce atau pun toko offline sama-sama bersifat investasi dalam pembuatannya. Kita tidak bisa menganggap pengeluaran yang kita keluarkan untuk membangunnya sebagai pengeluaran biasa. Terdapat konteks investasi aset pada setiap pengeluaran yang kita berikan dalam membangun ecommerce atau pun toko offline. Ecommerce memang sebenarnya merupakan bentuk digital dari toko offline. Kedua platform ini sama-sama menjadi fasilitas atau saluran tempat konsumen bisnis kita datang dan membeli produk-produk yang kita jual. Salah satu perbedaan yang mencolok di antara keduanya terletak pada waktu pelayanan. Di mana ecommerce dapat melayani konsumen selama 24 jam penuh. Selama konsumen memiliki internet yang stabil, maka mereka dapat mengakses ecommerce yang kita punya kapan pun dan dari mana pun.
Sementara untuk toko offline, terdapat jam buka dan tutup. Jam ini biasanya berdasarkan waktu istirahat yang dibutuhkan para penjaga toko hingga pertimbangan keamanan di malam hari yang mungkin cukup rawan. Hal sederhana semacam ini kemudian memunculkan anggapan bahwa dalam proses menjual produk di masa sekarang, membangun ecommerce merupakan pilihan yang lebih relevan daripada membangun toko offline. Tentunya anggapan ini akan valid jika sudah melewati pertimbangan lainnya seperti modal, sumber daya yang dimiliki, hingga profesionalitas partner penyedia layanan pembuatan ecommerce.
Terkait penggunaan modal, kita harus memasang pola pikir bahwa uang yang kita keluarkan ini merupakan bentuk investasi jangka panjang. Modal yang kita gunakan bukan untuk keperluan-keperluan sekarang saja, melainkan untuk menunjang kebutuhan kita juga di tahun-tahun berikutnya. Dalam membangun ecommerce misalnya, di mana setidaknya modal yang kita keluarkan itu merupakan biaya untuk menjaga aplikasi ecommerce kita dapat terus aktif dan relevan dalam lima tahun ke depan.
Selain biaya pembuatan, terdapat juga biaya perawatan yang perlu kita keluarkan per bulan atau per tahun. Untuk toko offline, biaya perawatan ini biasanya berupa pengeluaran yang kita habiskan untuk biaya kebersihan hingga membayar jasa para penjaga toko, seperti pegawai dan satpam toko. Pada ecommerce pun sebenarnya biaya perawatan ini kita keluarkan untuk hal-hal yang serupa, di mana fokusnya adalah peningkatan kualitas, kenyamanan, dan keamanan toko digital kita.
Biaya perawatan ini bisa kita alokasikan untuk melakukan A/B testing pada aplikasi ecommerce yang telah kita buat. Kita juga bisa memasang dan mengaktifkan layanan Google Tag Manager (GTM) pada aplikasi ecommerce kita. Lewat GTM, kita bisa memantau traffic yang terjadi pada laman-laman aplikasi ecommerce bisnis kita. Kita juga pelu melihat heatmaps / hotjar dalam aplikasi. Dengan mengamati hotjar aplikasi, kita bisa tahu bagian aplikasi mana saja yang paling sering menjalin interaksi dengan para pengunjung aplikasi. Data semacam ini sangat penting untuk kita analisis untuk lebih memahami bagaimana perilaku para pengunjung aplikasi ecommerce yang kita punya. Kita bisa merespon data hasil analisis dengan kemudian membuat UI / UX baru yang lebih relevan dan nyaman bagi para pengunjung aplikasi.
Terkait keamanan, ecommerce juga perlu penjagaan seperti layaknya toko offline. Untuk toko offline sendiri biasanya biaya keamanan tersalurkan untuk kompensasi jasa satpam toko hingga pemasangan kamera CCTV pada area-area toko. Pada ecommerce, biaya keamanan bisa kita salurkan untuk keperluan pengamanan data-data yang tersimpan dalam aplikasi. Semua data yang ada di dalam aplikasi perlu kita jaga keberadaannya dengan membuat salinan data atau backup.
Kita juga perlu menjaga data-data di dalam aplikasi ecommerce dengan melakukan pemantauan keamanan. Pemantauan yang baik bisa menjadi mitigasi dari ancaman-ancaman digital, seperti misalnya kegiatan hacking (scam / phishing) dari oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, sistem keamanan aplikasi yang baik juga bisa menjaga kita dari ancaman malware yang bisa merusak ecommerce kita.
Toko offline maupun ecommerce pun juga sama-sama memerlukan orang-orang untuk mengelolanya. Pada toko offline, kita perlu pegawai-pegawai untuk menjaga kasir, mengecek stok produk atau barang, menata rak atau etalase toko, hingga memasang label sampai spanduk promo di area sekitar toko. Pada ecommerce pun kita perlu orang-orang untuk mengelola kebutuhan sehari-harinya.
Kebutuhan sehari-hari di sini seperti penanganan kebutuhan-kebutuhan operasional, mulai dari perbaikan bug, pemasangan banner promo atau iklan digital marketing, hingga update konten atau katalog produk pada laman ecommerce. Penataan display atau tampilan laman produk pun juga perlu kita sesuaikan dengan data transaksi, misalnya produk dengan kualitas terbaik atau produk terlaris bisa kita taruh di laman utama.
Satu hal lagi yang cukup mirip antara ecommerce dengan toko offline adalah terkait renovasi. Dalam mengelola toko offline, terkadang kita perlu melakukan renovasi, baik yang sifatnya memperbaiki bagian toko yang rusak atau pun menata ulang desain interior toko agar menjadi lebih menarik bagi pengunjung. Pengelolaan ecommerce pun juga perlu hal-hal semacam ini. Hal ini juga berkaitan dengan biaya perawatan yang sebelumnya sudah kita bahas.
Renovasi pada aplikasi ecommerce bisa bersifat back-end atau pun front-end. Semua renovasi ini perlu secara rutin kita lakukan dan evaluasi. Hal ini sangat penting untuk menjaga kualitas layanan aplikasi ecommerce dan membuatnya tetap relevan dengan para konsumen atau pengguna. Kebaruan-kebaruan yang muncul setelah proses renovasi pun tentunya juga akan memiliki ketertarikan sendiri di mata konsumen. Misalnya seperti kebaruan fitur atau tampilan pada laman-laman aplikasi ecommerce bisnis kita. Ketertarikan ini tentunya juga bisa memperbesar peluang adanya kegiatan transaksi dari para pengunjung aplikasi. Maka dari itu renovasi yang dilakukan harus selalu berorientasi pada kebutuhan, keinginan, dan kenyamanan konsumen bisnis kita.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita bisa lebih memahami bahwa ada beberapa hal mendasar yang cukup mirip antara pengelolaan ecommerce dengan toko offline. Yang perlu kita garis bawahi bersama adalah bahwa pengelolaan keduanya bersifat investasi. Keduanya merupakan aset yang bisa memberikan banyak keuntungan dalam waktu yang panjang. Tentunya keuntungan hanya akan datang jika pengelolaannya dilakukan dengan baik dan tepat.
Khusus untuk aplikasi ecommerce, konsultasikanlah pembuatan dan pengelolaannya kepada perusahaan software profesional seperti Roketin. Mari wujudkan aplikasi ecommerce impian untuk bisnis Anda bersama kami. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan astronaut semua. Untuk info-info lainnya, bisa astronaut dapatkan dengan mengunjungi @roketinapp.